Jumat, 03 Oktober 2014

Turis Jerman Pun Ikut Membatik di Yogyakarta

Sejak pagi hari, Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta dipenuhi oleh sekitar 3.000 orang, Kamis (2/10/2014) kemarin. Mereka, yang terdiri dari pelajar, perajin batik, dan masyarakat umum, adalah peserta yang akan mengikuti pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) Batik Terpanjang Se-Indonesia.

Setelah acara dibuka oleh Wakil Gubernur DIY Paku Alam IX, ditandai bunyi suara sirene. Kemudian para peserta pemecahan rekor mulai membatik di atas kain sepanjang 3.000 meter. Mereka tampak antusias walaupun harus membatik di bawah sengatan sinar matahari.

Di tengah ribuan warga yang membatik itu terdapat seorang perempuan warga negara asing. Sarah (23), warga negara Jerman, tersebut mengaku senang karena bisa mencoba membatik. "Sebelumnya saya tidak pernah mendengar batik, baru berada di Indonesia saya mengetahui batik dan bisa langsung mencoba membuatnya," ungkap Sarah, dalam bahasa Inggris.

Menurut Sarah, proses membatik sangat rumit dan tidak mudah dikerjakan tetapi menghasilkan sebuah karya seni yang sangat indah. Saat pertama datang ke Yogyakarta, Rabu (1/9/2014), Sarah tidak mengetahui bakal ada acara membatik secara massal. Perempuan yang datang ke Yogyakarta bersama temannya ini mengetahui ada acara pemecahan Rekor Muri saat dirinya hendak melancong ke Keraton Yogyakarta.

"Saya merasa beruntung bisa menemui event ini, karena tidak ada dalamtour guide yang saya bawa. Saat nanti kembali ke Jerman, saya akan membawa batik dan akan saya tunjukkan kepada ibu saya," ucap Sarah. Batik betawi

Perempuan yang mengambil pendidikan Cultural Studies di sebuah universitas di Jerman tersebut membatik dengan motif bunga-bunga yang telah disediakan panitia. Dalam membatik Sarah dipandu oleh salah satu siswi SMA yang merupakan peserta acara membatik.

Secara terpisah di tempat sama, Samiyem (60), warga Wonolopo, Lendah, Kulonprogo, DIY, mengatakan berangkat dari rumahnya pukul 05.00 demi mengikuti acara pemecahan Rekor Muri Batik Terpanjang Se Indonesia. Samiyem datang ke Alun-Alun Utara bersama 68 warga Wonolopo, yang sebagian besar ibu-ibu.

Sehari-hari Samiyem bekerja sebagai perajin batik, demikian pula sebagian besar warga kampungnya. "Tidak ada kesulitan dalam megikuti acara ini, karena sudah lebih dari 40 tahun saya bekerja sebagai perajin batik," tuturnya.

Walaupun telah berusia lanjut, dan harus membatik di bawah terik sinar Matahari, Samiyem tampak fokus dan masih terampil dalam menyorekan malam ke kain, menggunakan canting. Samiyem mendapatkan jatah untuk membatik kain yang telah digambari motif bunga-bunga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar